Dalam
bisnis, perubahan kadang terjadi lebih cepat dari prediksi kita.
Teknologi bergerak dengan dinamis dan ekonomi selalu naik turun.
Mengatakan pada staf Anda untuk berkawan dengan perubahan dan menjadi
kreatif tidak cukup. Namun, kita lupa bahwa sebenarnya perubahan adalah
sebuah ancaman yang berpotensi akan membawa bisnis menuju kehancuran.
Pengalaman
Sir Richard Branson dalam berbisnis tak perlu diragukan lagi. Menurut
Branson, seperti dilansir dari Entrepreneur.com (22/8), selalu ada
peluang yang tersembunyi di balik perubahan. Di sini ia ingin berbagi
tentang bagaimana menghadapi perubahan yang mengancam keberlangsungan
industri rekaman di tahun 1982. Kala itu resesi ekonomi menghimpit
industri rekaman. Ini diperparah dengan mulai terjadinya pengunduhan
ilegal yang marak di masyarakat penikmat musik (dengan kemampuan tape
untuk merekam siaran radio atau menyalin piringan hitam). Toko-toko
rekaman juga tidak seramai biasanya. Ternyata CD mulai merangsek ke
pasar.
Manfaat
format baru berupa CD ini sangat jelas saat itu bagi konsumen.
Bentuknya lebih ringkas, kualitas suara juga lebih murni. Branson
bertutur, “Buku catatan saya saat itu dipenuhi dengan pertanyaan tentang
dampak potensial CD terhadap perusahaan kami. Apa yang akan terjadi
pada kumpulan rekaman di berbagai penjuru negeri, apakah orang akan
beralih dari piringan hitam ke CD?”
Pertama
kali Virgin Megastores yang ia pimpin menempuh cara pembersihan gudang
untuk menyambut persediaan baru dan memberikan diskon bagi konsumen yang
ingin membeli piringan hitam. Mereka berhasil melakukan pergantian dari
piringan hitam ke CD. Dan tak semua perusahaan rekaman bisa melakukan
ini.
Virgin
Megastores juga menjadi saksi atas fenomena munculnya bentuk ritel
lainnya. Dua tahun setelah dikenalkannya komputer pribadi (PC) di tahun
1980, sudah ada hampir setengah juta unit mesin video game di seluruh
Inggris. Segera setelah itu, Virgin Records merespon dengan menjual
games dan film. Penjualan keduanya terbukti menjadi sumber pendapatan
yang tidak kecil bagi perusahaan ini.
Di
tahun 1986, Virgin Megastores terancam. HMV, musuh bebuyutannya,
mengejar dengan membuka banyak toko besar. Beberapa tokonya bahkan
mendekati lokasi toko-toko Virgin. Seakan tak ingin ketinggalan, Virgin
juga menggebrak dengan mendirikan toko terbesarnya di ibukota Irlandia,
Dublin. Toko itu tak hanya menjual berbagai rekaman klasik, jazz, folk,
dan rock tetapi juga video musik, games, dan software komputer. Branson
melihatnya sebagai sebuah masa depan bagi usahanya. Toko itu juga
dibuat sedemikian rupa agar menarik dan dinamis, dengan mengundang
band-band untuk tampil dan memainkan lagu-lagunya di sana. Makin banyak
orang tertarik berkunjung ke sini.
Berbekal
semua penyesuaian tersebut, perubahan yang melanda industri musik tidak
sampai mengguncang perusahaan Branson, bahkan mengangkatnya menuju
puncak di dekade 1980-an dan 1990-an. “Apakah
semua itu akan membuat kami tahan banting di masa depan?” tanya
Branson, “Tentu saja tidak.” Satu yang ia sesali ialah tidak menjual
Virgin Records ke EMI lebih awal dari 1992.
Kini
apakah unduhan digital membunuh industri musik? Branson berargumen,
“Keadaan ekonomi produksi musik jauh lebih sehat saat ini daripada saat
kami dalam masa keemasan Virgin sebagai perusahaan musik. Saat kami
membangun studio, itu adalah suatu usaha penuh risiko, mahal dan
membutuhkan banyak tenaga dan pikiran. Untuk menghasilkan keuntungan,
kami harus menjual sebanyak mungkin album. Namun
kini sebuah album berkualitas tinggi bisa dihasilkan hanya dengan
sebuah laptop dan bisa dikirimkan dalam bentuk file melalui Internet ke
siapa saja, kapan saja, di mana saja. Promosi juga semudah membuat akun
di jejaring sosial. Skala ekonomi tidak lagi berarti bagi para musisi
muda berbakat meski mereka masih penting artinya bagi perusahaan rekaman
dan pemegang sahamnya.
“Saya
pikir perusahaan rekaman akan terus bertahan. Namun mereka harus lebih
efisien dan ramping karena dalam dunia bisnis, kecil itu indah!” kata
Branson. Perusahaan-perusahaan yang lebih kecil akan berpeluang
menemukan orang-orang berbakat dengan lebih mudah, yang menjadi alasan
mengapa banyak orang bersemangat memasuki dunia industri musik. |
No comments:
Post a Comment